Dalam hubungan dan pergaulan kita dengan orang lain, tidak jarang kita mengalami ketidak beresan dalam komunikasi, entah kita disalahmengertikan oleh orang lain atau kita salah tangkap maksud mereka. Tidak jarang pula kata-kata atau kalimat-kalimat kita disalahtafsirkan atau kurang dipahami oleh orang yang kita ajak bicara atau kita menyalahtafsirkan atau tidak menangkap ucapan-ucapan mereka secara penuh, entah karena isi atau cara mereka mengatakannya.
Dalam tugas kita sebagai pemimpin tidak jarang menemui kesulitan bagaimana cara menyampaikan gagasan, pengarahan, atau perintah kita, sehingga dapat dimengerti, diterima dan dilaksanakan oleh orang-orang yang kita pimpin. Juga seandainya kita tidak mempunyai kesukaran dalam menyampaikan gagasan, pengarahan atau perintah, tidak jarang bahwa meski gagasan, pengarahan dan perintah itu dijalankan, tetapi hati orang-orang yang kita pimpin terluka hatinya karena cara penyampaian kita.
Ketidakberesan, ketidakmampuan atau ketidaklancaran kita sebagai pemimpin dalam komunikasi dengan orang-orang yang kita pimpin, menjadi petunjuk bahwa kita kurang cakap berkomunikasi. Kekurangan kecakapan kita dalam berkomunikasi itu tidak usah membuat kita kecil hati. Kita dapat meningkatkannya. Menjadi orang yang cakap berkomunikasi. Kita dapat menjadi komunikator yang efektif. Untuk membantu meningkatkan kecakapan berkomunikasi itulah postingan ini disajikan kepada para pembaca yang berminat untuk mempelajari ataupun hanya sekedar membaca saja.
Dalam postingan kali akan disampaikan beberapa pokok di bidang komunikasi, antara kita, para pemimpin, dan orang-orang yang ada di bawah pimpinan kita. Semoga uraian dalam postingan ini membantu kita, para pemimpin, di bidang komunikasi dengan orang-orang yang kita pimpin, sehingga hubungan pribadi makin bertambah baik, komunikasi makin menjadi lancar dan saling pengertian serta kerjasama dalam tugas makin erat dan berhasil.
Bagaimana Seni komunikasi bagi para pemimpin ataupun calon pemimpin, berikut ulasan yang akan di bahas:
Mengenai penampilan diri
Seni Mendengarkan
Seni bertanya
Berkomunikasi lewat nada suara dan gerak-gerik
Memberi dan menerima umpan balik
Pembahasannya sebagai berikut:
PENAMPILAN DIRI
Penampilan diri memegang peranan penting dalam pergaulan dan hubungan kita dengan orang lain, entah secara positif, entah negatif. Penampilan diri yang baik mempercepat perkembangan keakraban dan saling percaya dengan orang lain. Berkat penampilan kita yang baik itu, orang akan merasa enak di sekitar kita dan mempermudah komunikasi kita dengannya. Sebaliknya penampilan yang tidak baik akan menghambat suasana hubungan pribadi dan komunikasi.
Hal itu dapat kita jelaskan berpangkal dari kecenderungan orang. Dalam menghadapi buku kita lekas tertarik oleh sampul daripada isi, betapapun bagusnya isi buku itu. Demikian juga berhadapan dengan orang, sikap kita cenderung diwarnai oleh penampilan orang itu daripada mutu pribadi yang tersembunyi di bawah penampilannya. Karena berpangkal dari penampilan yang baik itu, tanpa sadar kita membuat pemikiran dan menarik kesimpulan bahwa orangnya pun pasti baik. Cara memandang orang lain ini tidak selalu benar. Ada banyak orang yang berpenampilan baik, tetapi orangnya sungguh tidak pantas disebut baik. Mereka menyalahkan penampilan baik untuk maksud dan tujuan yang tidak baik.
Keseluruhan penampilan kita dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya, kesan pertama, kedalaman pengetahuan, keluasan pengetahuan, keluwesan, kegairahan dan ketulusan kita. Keenam faktor itu merupakan unsur-unsur yang mempengaruhi penampilan dan menciptakan gambaran tertentu tentang diri kita.
Kesan Pertama
Orang bilang: “Kesan pertama merupakan kesan abadi.” Kesan pertama merupakan dampak awal yang kita dapat dari orang lain yang kita jumpai. Kesan pertama itu diakibatkan antara lain oleh pakaian, suara, sapaan, jabat tangan, pandangan mata dan sikap tubuh kita. Cara kita mengatur, menggunakan dan menggabungkan semua hal itu merupakan faktor yang mempunyai dampak besar bagi orang yang berjumpa dengan kita untuk pertama kali.
Pada umumnya kesan pertama yang baik dapat menjadi awal hubungan yang baik dan komunikasi yang lancar, dan kesan pertama yang buruk menjadi permulaan hubungan yang jelek dan komunikasi yang tersendat. Meskipun tidak mustahil, namun jarang sekali orang mau mengubah kesan pertama yang tidak baik itu menjadi kesan yang baik. Oleh karena itu, meskipun hal-hal seperti pakaian, suara dan sapaan, jabat tangan, pandangan mata dan sikap tubuh nampaknya merupaakn hal-hal yang sepele, namun ternyata ada dampaknya pada orang lain. Maka kita perlu memperhatikan semua itu sesuai dengan kebutuhan, situasi dan orang yang hendak kita temui. Jika tidak, kita sendiri yang akhirnya mendapatkan getahnya.
Kedalaman Pengetahuan
Kedalaman pengetahuan menyangkut pengetahuan dan keahlian kita di bidang kerja yang menjadi tanggung jawab kita. Pengetahuan kita yang mendalam dan keahlian kita di bidang kerja kita membawa efek pada penampilan kita dan penerimaan orang atas diri kita. Maka kita menjadi pemimpin suatu lembaga usaha, kita harus tahu benar-benar segala seluk-beluk lembaga usaha kita; kebijakan, arah, keadaan, kekuatan dan kelemahannya, produk yang dihasilkan, cara pengolahan dan penentuan harga, cara promosi dan pemasarannya, orang-orang kunci kita, rekan-rekan usaha kita. Singkatnya segala hal yang berhubungan dengan kerja kita dan keahlian yang di tuntut oleh tugas kita. Dengan kedalaman pengetahuan ini kita dihargai oleh orang-orang yang kita pimpin, dan mempunyai gengsi serta prestise di kalangan para pemimpin lembaga serupa atau lembaga di bidang usaha lain.
Keluasan pengetahuan
Keluasan pengetahuan menyangkut ilmu, informasi dan kecakapan kita untuk berbicara dan beromong-omong dengan orang lain tentang hal-hal di luar keahlian dan bidang kerja kita. Hal ini menyangkut peristiwa lokal, nasional, internasional, mondial dan hal-hal dalam berbagai bidang kehidupan seperti politik, ekonomi, kebudayaan, moral, keagamaan. Pokoknya kita siap untuk berbicara tentang hal-hal yang menarik perhatian orang dan mereka menikmati.
Dengan pengetahuan yang luas kita akan mudah masuk dalam pembicaraan tentang berbagai hal dengan berbagai macam orang. Oleh luasnya pengetahuan kita tidak hanya sibuk berbicara tentang hal yang kita ketahui dan menarik bagi kita sendiri, tetapi tentang hal yang diketahui dan diminati orang lain. Dengan bekal pengetahuan yang luas itu, komunikasi kita dengan orang lain dapat lancar dan pergaulan kita menjadi luas. Oleh karena itu usaha dan penggunaan waktu untuk selalu menambah berbagai ilmu dan pengetahuan merupakan hal yang perlu bagi kita, para pemimpin.
Keluwesan
Keluwesan atau fleksibilitas adalah kesediaan dan kecakapan kita untuk menyesuaikan perilaku kita, sehingga dapat berhubungan dan bergaul dengan orang lain sebaik mungkin. Keluwesan adalah tindakan untuk mau keluar dari “daerah aman” kita untuk berkomunikasi dan berinteraksi seefektif mungkin dengan orang lain sesuai keadaan dan kemampuan mereka. Keluwesan merupakan urusan kita. Prakteknya dalam pergaulan dengan orang lain, kita memperlambat pembicaraan kita, manakala kita merasa bahwa orang yang kita ajak bicara tidak menangkap isi kata-kata kita dan tidak enak dengan cara bicara kita. Kita bersedia mendengarkan orang lain, sebelum memberi pendapat dan pengarahan kepada mereka. Kita berbicara dengan orang sesuai dengan daya tangkap mereka. Kita berusaha memenuhi harapan dan kebutuhan pribadi dan kerja mereka.
Keluwesan perlu karena manusia berbeda-beda dan harus di perlakukan secara berbeda-beda pula. Oleh karena itu jika kita memperlakukan setiap orang secara sama, kita memperlakukannya secara tidak tepat dan tidak adil. Akibatnya mereka menjadi tidak enak dengan kita dan ketegangan dapat muncul. Hal ini malah membawa akibat buruk bagi hubungan yang hendak kita bangun. Keluwesan merupakan salah satu penopang bagi hubungan kita dengan orang-orang yang kita pimpin, yang bercirikan keterbukaan, ketulusan, kejujuran, dan bebas dari ketegangan serta ketakutan.
Kegairahan
Kegairahan menular seperti penyakit. Jika kita menunjukkan kegairahan untuk tugas, lembaga usaha, dan orang-orang yang kita pimpin, orang-orang di sekitar juga akan ikut bergairah. Sebaliknya jika kita tidak berminat pada tugas, lembaga usaha dan orang-orang bawahan kita, orang-orang di sekitar kita juga akan ketularan tidak berminat. Maka tergantung dari kita, suasana macam apa yang kita inginkan di lingkungan lembaga kita. Jika kita tidak menghendaki suasana loyo, tak bersemangat, tak bergairah, kita perlu menjaga agar kegairahan kita tetap bernyala.
Ketulusan
Tulus berarti bahwa kita tidak dapat dan tidak mau main sandiwara dan bertopeng. Ketulusan membangun. Sedang ketidaktulusan,main politik dan main belakang merusak. Ketulusan kita akan ditangkap oleh orang-orang yang kita pimpin dan menjadi ciri penampilan kita. Sesungguhnya ketulusan merupakan pengikat dari unsur-unsur: kesan pertama, kedalaman dan keluasan pengetahuan, keluwesan dan kegairahan, yang sudah disebut di atas. Dengan ketulusan semua unsur itu mendapatkan roh dan jiwanya. Sedang tanpa ketulusan semua unsur itu tidak memiliki bobot yang wajar. Jadi tulus dalam hubungan pribadi dan relasi kerja dengan orang lain, terutama orang-orang yang kita pimpin, merupakan hal yang membuat penampilan kita secara keseluruhan tampak dapat diandalkan dan mudah diterima.
Tanggapan orang terhadap kita merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan hubungan kita dengan orang lain. Penampilan diri kita dapat menambah dan mengurangi keberhasilan itu. Dalam hubungan dengan orang lain, sejak awal hingga akhir, kita seperti ada di atas panggung. Setiap kata, gerak-gerik, ungkapan, kesan dilihat dan dinilai oleh orang, entah secara sadar atau tidak. Maka kita sebagai pemimpin perlu berusaha agar penampilan kita tetap baik, sehingga dalam setiap hubungan dan pergaulan kita dengan orang lain, kita dapat membangun dan mengembangkan relasi yang terbuka, tulus, penuh saling percaya.
Relasi semacam itu sungguh akan mampu kita ciptakan, jika pada penampilan yang baik itu, kita tambahkan sikap dan kecakapan dalam mendengarkan orang lain, mengajukan pertanyaan pada orang lain, menggunakan nada suara dan bahasa tubuh yang tepat, dan member serta menerima umpan balik kepada dan dari orang lain.
Sekiranya sampai disini dulu untuk postingan kali ini, masih ada beberapa hal yang belum di postingkan, dan masih berkaitan dengan seni komunikasi bagi para pemimpin. Semoga banyak memberikan manfaat serta pembelajaran untuk di terapkan pada kehidupan sehari-hari, karena kita adalah para pemimpin untuk diri sendiri sebelum memimpin orang lain. Apabila sahabat ada yang mau menambahkan silahkan. Tanpa dorongan dan beberapa pendapat baik saran maupun kritik dari sahabat, mana mungkin saya melakukan beberapa perbaikan, baik dalam tulisan maupun dalam tindakan.
Pustaka:
A.M. Mangunhardjana penerjemah Seni Komunikasi Bagi Para Pemimpin. Philip L. Hunsaker, Anthony J. Alessandra. Penerbit Kanisius. Yogyakarta 1986