Wahai para suami, saat Anda ditanya, “Apakah Anda mencintai
istri Anda?” Pasti Anda akan menjawab, “Tentu, sudah menjadi keharusan bagi saya
untuk mencintai istri.” Namun, saat Anda ditanya. “Apa bukti cinta Anda
kepadanya?”. Jawabannya pasti bermacam-macam dan kebanyakan mengatakan seperti
ini, “Saya memberinya banyak harta, rumah mewah, mobil, segala permintaannya
saya penuhi. Setiap pulang kerja saya sering membawakan oleh-oleh untuknya. Saat
liburan saya sering mengajaknya rekreasi. Saya sering mengungkapkan kata-kata
cinta. Dan lain sebagainya...”
Tapi ada satu jawaban yang mantab yang keluar dari lisan
suami yang benar-benar mencintai istrinya. Ini jawabannya, “Saya berusaha
mengajaknya untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya agar saya bisa bersamanya lagi
di dalam surga yang abadi.” Bisa dipastikan jawaban seperti ini tidak pernah
terlintas dan terpikirkan oleh kebanyakan suami.
Gbr: www.dakwatuna.com
Wahai para suami,
mencintai seorang istri adalah suatu yang wajar, bahkan sebuah
keharusan. Namun, kecintaan kepada seorang istri harus dilandaskan pada
pemahaman yang benar, yaitu kecintaan karena Allah dalam rangka menggapai
ridha-Nya dan mencapai kebahagiaan yang abadi di akherat sana. Sehingga percuma
saat suami memberikan harta dengan berbagai macam bentuknya, namun dirinya lupa
mengajaknya untuk taat kepada Sang Pencipta. Dirinya lupa mengajaknya untuk
menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslimah.
Wahai para suami, jika Anda benar-benar mencintai istri
berikut anak-anak Anda, maka berusahalah sekuat tenaga untuk memperingatkan
mereka semua akan kewajiban-kewajibannya dalam agama agar mereka tidak
terjerumus ke dalam api neraka.
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim:6).
Imam Ibnu Katsir – rahimahullaahu ta’ala- menjelaskan ayat
di atas dalam tafsirnya, bahwa kewajiban bagi seorang muslim (suami) adalah
mengajari keluarganya, termasuk karib kerabatnya tentang perkara-perkara yang
wajib yang di perintahkan Allah dan perkara-perkara yang di larang oleh-Nya.
Diantara kewajiban seorang muslimah yang banyak di lalaikan
oleh mereka adalah kewajiban menutup aurat (berhijab). Dan ternyata para suami
pun jarang bahkan tak pernah memperingatkannya. Justru ada suami yang bangga
saat kecantikan istrinya terlihat jelas di hadapan ribuan mata.
Wahai para suami, ketahuilah bahwa seorang muslimah yang
terang-terangan membuka auratnya itu berdosa besar. Dan dosa besar dapat
mengantarkan pelakunya ke dalam jurang neraka. Sadarlah wahai para suami, bahwa
Allah memilihmu sebagai qowwam (pemimpin) dalam keluargamu. Dan setiap pemimpin
pasti akan dimintai pertangungjawabannya kelak di hari kiamat. Maka, jika dalam
suatu keluarga masih ada seorang muslimah yang tidak menutup auratnya dan
pemimpin keluarga tetap membiarkannya, maka kelak harus siap mempertanggung jawabkannya
di hadapan Allah SWT.
Wahai para suami, saat anda membiarkan istri Anda terbuka
auratnya sedangkan mobil Anda di tutupi terpal dan dibuatkan garasi, berarti
Anda lebih cinta mobil daripada istri.
Wahai para suami, jika Anda tetap membiarkan istri Anda
tidak berjilbab, sedangkan HP Anda dipasang anti-peek biar tidak di intip orang atau pelindung biar tetap awet, berarti
Anda lebih cinta HP daripada istri.
Wahai para suami, kewajiban Anda adalah membimbing dan
menasehati para istri dan membesarkan hatinya agar mau menaati Allah dan
Rasul-Nya serta perintah suami selama bukan dalam pelanggaran kepada-Nya.
Sebagaimana Nabi kita tercinta pun disuruh oleh Allah agar
menasehati para istrinya, putrinya dan para muslimah, “Hai Nabi, Katakanlah
pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”, yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk di kenal, karena itu mereka tidak diganggu dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab:59)
Wahai para suami, ingatlah bahwa setiap manusia pasti akan
mati dan kelak menghadapi pengadilan Allah. Setiap manusia akan dimintai
pertanggung jawaban atas segala yang diperbuatnya selama hidup di dunia. Salah
satunya berkaitan dengan kepemimpinan dalam rumah tangga.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap
kalian adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Maka imam adalah
pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang laki-laki (kepala
rumah tangga) adalah pemimpin terhadap keluarganya, dan akan ditanya tentang
kepemimpinannya..” (HR. Al-Bukhari)
Mudah-mudahan tulisan ringkas ini memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Kita
berdoa kepada Allah SWT semoga kita termasuk ke dalam golongan hamba-hamba
Allah yang mendapatkan taufik dan hidayah-Nya sehingga dapat senantiasa taat
menjalankan syari’at-Nya.
Sumber Artikel:
Majalah Baitul Mal Aku peduli “Al-Jannah”, Januari 2017,
hal. 4