Aspirasi Media-Pernak-pernik.Yogyakarta Sabtu 11 Februari 2012.
Jauh sebelum Indonesia diproklamasikan sebagai negara republik (1945), nama Bali sudah terkenal di dunia pariwisata internasional. Menurut dongeng, Bali diciptakan oleh Brahmana Sidimantera, pamanda dari Pedanda Sakti Baioe Raoeh yang datang ke Bali mengembangkan agama Siwa dan menurunkan para Brahmana di Bali, sebelum Bali dipengaruhi oleh Kerajaan Majapahit.
Sebagian besar tanah Bali terdiri atas rangkaian gunung-gunung api mulai dari Sumatera ke Pulau Jawa dan terus ke Bali melalui Selat Bali yang dalamnya kurang lebih 200 meter dari permukaan laut. Transportasi antara Bali dan Jawa dilakukan dengan kapal-kapal Ferry. Kapal itu dapat mengangkut segala macam kendaraan bermotor, yaitu dari Ketapang (Banyuwangi) dan Gilimanuk (Bali).
Pribumi Bali selama berabad-abad termashur morilnya. Demikian juga kebudayaannya, sehingga menimbulkan suasana sentosa. Pemandangan alamnya sangat indah dengan diselingi bermunculan Pura-pura di segala pelosok. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila Bali menarik perhatian luar negeri. Mendengar nama Bali saja, terlintaslah dalam alam pikiran kita akan bayang-bayang penari-penari yang bertubuh langsing, gerak geriknya lemah-gemulai, mengikuti suara gamelan yang bernada mistik. Orang akan merasa damai dan sejahtera, sehingga Bali mendapatkan julukan the last paradise atau surga yang terakhir.
Sebagian besar penduduk asli Bali masih menganut agama Hindu yang sangat toleran terhadap penganut-penganut agama lain. Tujuan hidup yang utama dari rakyat Bali yang asli adalah berusaha memperpadukan jiwa dengan Tuhan Yang Maha Kuasa yang disebut Sanghiang Widdi. Hal ini dinyatakan amat gamblang dalam hari raya Nyepi yang menjadi hari tahun baru Bali. Pada hari itu tidak ada keramaian dan ledakan mercon atau petasan. Suasana pada hari itu cukup hening, sehingga jalan-jalan raya menjadi sunyi senyap hampir tidak ada orang lalu-lalang. Demikian pada perayaan Galungan, yang dimaksudkan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
Arwah-arwah leluhur dan Weda-weda (kitab-kitab suci Hindu) dihormati dengan upacara perayaan Kuningan dan Saraswati. Perlu dicatat di sini bahwa hari raya Pagerwesi adalah untuk merayakan pertemuan antara Batara Siwa dengan pada dewa yang menyelamatkan umat manusia di dunia ini. Ada lagi suatu upacara yang menarik perhatian di dalam dan di luar negeri, yaitu hari Ngaben atau upacara pembakaran mayat. Upacara ini dilakukan secara besar-besaran dan termasuk salah satu obyek propaganda turis asing.
Dahulu Bali terdiri atas sembilan kerajaan yang berkedudukan di Klungkung, Karang Asem, Mengwi, Badung, Bangli, Tabanan, Gianyar, Buleleng dan Jembrana. Seiring dengan keagungan raja-raja Bali, dengan sendirinya raja-raja itu menghimpun batu-batu permata mulia atau sela aji. Benda-benda ini bukan hanya untuk perhiasan mahkota, melainkan juga sebagai pusaka kerajaan secara turun temurun.
Batu mirah yang ada titik putihnya seperti biji delima yang dinamakan mirah delima di Bali diberi nama Windu Sare. Khasiat batu ini amat tinggi sehingga di Bali menjadi barang pujaan. Orang yang meninggal dunia, mulutnya disumbat dengan batu mirah delima yang disebut Windu Sare. Hal ini dimaksudkan supaya jenazah tidak berbau busuk. Oleh karena itu, jarang menjualnya dan adaikan ada, harganya amat tinggi. Batu mirah yang berwarna kuning di Bali disebutnya Mirah Cempaka dan di Pulau Jawa disebut “Safir Kuning”.
Di bali jenis ini dipakai oleh pedanda (pendeta) yang memimpin upacara-upacara penting, misalnya Galungan, Ngaben, Potong Gigi (pangur) dan sebagainya. Khasiatnya untuk membawa keselamatan dan menyucikan. Pada tiap-tiap upacara besar, para pemudi di Bali membawa bokor-bokor emas yang bertabur dengan batu-batu mulia yang kecil sampai yang paling besar. Bokor-bokor ini dibuat sebagai wadah buah-buahan dan lain-lain. Para pemuda menyandang keris pusaka yang sarung dan ulu kerisnya dibuat dari emas dan bertabur dengan batu yang tak ternilai harganya. Mereka berjalan di bawah alunan gamelan Bali menuju ke Pura, tempat segala upacara keagamaan.
Batu permata yang membuat takjub ialah mahkota Raja Bali. Di tengah mahkota itu dihias dengan sebutir han ruby, batu mirah besar, berbintang enam tajam sekali, warnanya merah bergaris sutera putih. Konon mendatangkan banyak rejeki.
Simbol Kerajaan Bali terbuat dari emas murni seberat 350 gram bertabur 34 batu mirah kecil-kecil dan di tengah adalah batu Han Ruby. Batu mirah mahkota Kerajaan Bali berbintang enam.
Ulu keris Kerajaan Bali ini dibuat dari emas dan bertabur seratus batu mirah besar dan kecil berbintang enam merupakan keris pusaka Bali. Han’s Collection.
Warnanya merah bercampur garis sutera putih. Berbintang enam. Berat 29,29 karat. Kahsiatnya membawa banyak rejeki dan memperkokoh kedudukan dalam masyarakat. Riwayatnya megah dan agung berasal dari mahkota Raja Bali.
Sumber: Pouw Kioe An/ Han Sam Kay. Rahasia Batu Permata.Mandira.Semarang 1994
Title : Batu Mulia dan Raja-raja Bali
Description : Aspirasi Media-Pernak-pernik .Yogyakarta Sabtu 11 Februari 2012. Jauh sebelum Indonesia diproklamasikan s...