Aspirasi Media-Pernak-pernik.Yogyakarta Sabtu 11 Februari 2012.
Raja Karang Asem Bali. Di tengah mahkotanya dihias sebutir batu mulia mirah delima. Warnanya merah bergaris sutra putih berbintang enam tajam sekali. Berat 29,29 karat, berwarna megah dan agung, dapat digolongkan sebagai batu mirah yang terindah di dunia dengan harga yang tak ternilai.
1.Sifat Batu Permata
Batu mulia atau batu permata apabila di telaah berdasarkan ilmu kimia, orang-orang akan memaklumi bahwa batu-batu itu tidak berbeda dengan barang-barang tambang (mineral) lainnya. Batu-batu mulia itu mempunyai campuran dari unsur-unsur yang sama dengan barang tambang lain.
Aneka warna batu-batu mulia itu amat mempesona manusia sehingga manusia memberi gelar ‘mulia’ pada batu-batu itu. Padahal bersdasarkan penelitian ilmiah batu-batu itu menunjukkan sifat-sifat yang biasa saja, misalnya zat arang (kooltof), thonaarde, dan sebagainya.
Batu permata seperti intan hanya terdiri atas satu unsur saja yakni zat arang. Jenis-jenis batu mulia yang lain terdiri atas zat pasir (silium), misalnya balur (berkristal), amatis, batu kecubung, badar naga suwe (agaat), batu emas (opal), zamrud (smagaad), berjat (granat), biduri ringin (khrisolit), mirah cempaka (topaz), dan ratna cempaka (daud).
Kebanyakan campuran kimia dari zat-zat barang-barang tambang mempunyai corak yang teratur dan bersamaan dalam bentuk kristal. Demikian pula batu-batu mulia itu mempunyai bentuk kristal. Kadang-kadang orang menemukan batu permata yang masih dalam keadaan kasar tetapi gilang-gemilang, sehingga orang mula-mula menyangka bahwa batu itu telah di gosok atau diasah. Padahal memang demikianlah keadaannya secara alamiah.
Batu-batu mulia yang ditemukan dalam bentuk kristal berukuran besar dan bidang-bidangnya sangat licin. Batu mulia di Jawa dikenal dengan nama ‘sela aji’.
2.Nilai Keras Batu
Untuk mengetahui dan menentukan keaslian batu mulia, orang berpedoman pada nilai keras batu-batu mulia itu. Tingkat kekerasan batu itu berbeda-beda, baik pada bagian luar maupun bagian dalam. Sebutir intan dapat digunakan untuk membelah kaca karena kerasnya.
Pada akhir abad ke-18, seorang ahli pertambangan bernama Drich Mohs (1772-1839) mengemukakan ukuran untuk menentukan 10 macam keras batu sampai sekarang masih berlaku.
Nilai keras batu sebagai berikut:
No | Jenis Barang | Nilai Keras |
1 | Lemak dian (talk) | 1 |
2 | Karang batu (gips) | 2 |
3 | Kalit (calcite) | 3 |
4 | Florit (flourite) | 4 |
5 | Kaca jendela (apatite) | 5 |
6 | Feldspar atau batu kulansing (veldspaath) | 6 |
7 | Kwarsa atau kwarts atau kinyang (quarts) | 7 |
8 | Topas | 8 |
9 | Mirah dan safir (korund atau corundum) | 9 |
10 | Intan (diamant atau diamond) | 10 |
Friedrich Mohs menemukan sistem untuk membagi nilai keras berbagai barang tambang dengan jalan amat sederhana dan praktis hingga seorang penggemar batu cincin dapat menentukan sendiri nilai keras tiap-tiap jenis batu mulia. Dari daftar nilai keras batu mulia diatas, maka intanlah yang keras dengan nilai keras 10, kemudian mirah dengan nilai 9, lalu topas dengan nilai keras 8.
3.Perbedaan Batu Mulia
Semua jenis batu yang berukuran nilai keras tujuh setengah ke atas berdasarkan pembagian Mohs, batu itu dinamakan batu mulia atau stenen. Batu-batu yang bernilai keras enam setengah sampai tujuh setengah digolongkan ke dalam kelompok batu mulia tanggung (half-delstenen) dan batu lain yang nilai kerasnya enam setengah ke bawah dinamakan batu perhiasan (sierstenen).
4.Berat Jenis dan Kadar Karat Batu Mulia
Emas adalah 19 kali lebih berat daripada air. Jadi berat emas adalah 19. Berat jenis perak 10,5 berarti bahwa perak 10,5 lebih berat daripada air karena dengan berat jenis 10,5 berarti juga tiap-tiap satu sentimeter kubik, berat perak itu 10,5 gram. Berat jenis intan tiga setengah berarti tiap-tiap sentimeter kubik intan, beratnya tiga setengah gram.
Tiap batu mulia yang dikenal, dicari dan dihitung berat jenisnya. Sesudah mengetahui nilai keras batu, berat batu dapatlah dihitung dari batu mulia itu. Karat adalah satuan berat yang setimbang dengan seperlima gram. Satuan ini dipakai di seluruh dunia. Oleh karena itu, disebut karat metrik. Jika kita timbang berat intan, kita tidak mengatakan berat intan itu satu gram, melainkan kita katakan lima karat intan, batu safir dua belas karat, batu mirah tujuh karat, dan sebagainya.
Agar tidak salah faham, harap diketahui bahwa timbangan karat yang dipakai untuk batu mulia tidak sama dengan satuan karat yang dipakai untuk emas. Misalnya emas dinamai 24 karat adalah jenis emas tules (asli) atau 100% emas. Emas disebut 18 karat mengandung 18 x 100%=75% emas murni.
5.Elektrisitas dan Magnitisma Batu Mulia
Jika batu mulia digosok dengan kain wol atau memanaskan beberapa macam batu mulia, maka akan tampak tenaga listrik (elektrisitas) dari batu mulia itu. Artinya, batu mulia itu dapat menarik benda lain atau menolak benda lain. Terutama batu turamali (turmalijn) bahkan amber (barnsteen) juga mengandung magnitisma. Yang dimaksud dengan istilah magnitisma ialah batumulia yang mempunyai kekuatan magnit sehingga dapat menarik benda-benda lain.
6.Pengaruh Hawa pada Batu Mulia
Batu mulia jika dipegang atau digenggam sering kali menimbulkan beraneka ragam perasaan pada manusia. Kebanyakan batu mulia dingin rasanya, tetapi dalam iklim yang biasa batu mulia asli agak hangat bila dibandingkan dengan batu-batu mulia palsu. Juga ada batu mulia yang menyerap hawa panas.
Untuk membedakan batu mulia asli dan batu mulia tiruan, orang dapat meniup batu-batu itu. Apabila batu itu asli, maka hawa panas atau uap yang membuat kusam pada batu mulia asli akan segera lenyap. Tetapi pada batu mulia tiruan uap panas itu melekat agak lama.
Batu intan dapat menahan hawa panas, namun bila intan itu mempunyai sumbat terbuat dari emas, maka sumbatya dapat hangus. Intan, mirah, batu beril, aleksandri, sirkon, topas, turmalin dan kwarsa tidak akan rusak jika dimasukkan ke dalam zwavelzuur encer yang mendidih. Kecuali intan, kebanyakan batu permata lainnya dapat terkikis atau rusak jika terkena zoutzuur, zwavelzuur, koningswater, dan natronloog. Terlebih lagi bila zat-zat asam ini dipanasi. Batu zambrut, akuamarin, topas, hiasin (hyacinth), turmalin, khrisolit, opal, pirus, tidak dapat menahan panas. Batu-batu itu tidak bening kelihatannya. Oleh karena itu jangan sampai kena api.
7.Batu Mulia Untuk Keperluan Teknis
Sejak tahun 1700 poros pada arloji yang mahal harganya menggunakan batu-batu mulia yang keras. Sebab batu-batu mulia yang demikian dapat menahan pengikisan yang terjadi dari gesekan poros dengan gigi-gigi kecil dalam arloji.
Jenis batu mulia yang digunakan untuk as arloji itu adalah batu robijn (ruby) atau mirah. Akan tetapi, ada juga orang yang menggunakan batu-batu granat, topas, dan lain-lainnya. Supaya tidak terkikis, poros arloji yang dibuat dari batu-batu mulia itu harus lebih keras dari gigi-gigi dalam arloji.
Alat-alat yang lembut dibuat dari batu-batu mulia sebagai porosnya, misalnya untuk neraca kimia. Dengan demikian poros-porosnya mudah terkikis. Untuk itu umumnya digunakan batu granat. Untuk membelah kaca, membangun terowongan, membor batu-batu keras dan barang baja, juga bubuk penggosok intan, orang menggunakan intan. Sudah barang tentu intan yang digunakan adalah intan yang sudah tidak dipakai untuk perhiasan, yakni intan jenis kasar yang berwarna hitam atau yang tidak cerah.
7.1.Batu-batu Gambar
Pertama-tama semua batu itu bergambar asli alam. Karena banyak penggemarnya, akhir-akhir ini banyak orang membuat yang palsu (tiruan). Batuan ini terbuat dari batu akik yang berpori-pori dan berkapur serta kwalitasnya kurang keras. Batuan ini digambar atau ditulis dengan cairan kimia. Setelah disimpan dua atau tiga hari, pelan-pelan bahan kimia itu masuk ke dalam batu yang kurang jelas. Setelah dibersihkan, terlihatlah gambar atau tulisannya. Gambar atau tulisan dibuat dengan sangat mudahnya. Oleh karena itu, anda harus waspada bila membeli batu akik bergambar. Kebanyakan orang membuat gambar seperti di bawah ini.
8. Barang Pusaka
Batu-batu permata atau batu mulia tidak hanya digunakan sebagai perhiasan, tetapi dipakai sebagai barang-barang pusaka atau barang pujaan berharga. Sebelum digunakan sebagai perhiasan, pusaka, dan sebagainya, batu-batu mulia itu harus digosok, dihaluskan, dilicinkan, dan dikilaukan, agar warnanya tampak cemerlang.
Sumber: Pouw Kioe An/ Han Sam Kay. Rahasia Batu Permata.Mandira.Semarang 1994