PEDOMAN
Ruang Sahabat Anak
Kondisi Darurat
Versi Uji-Lapangan dikembangkan dan dikaji oleh:
Januari 2011
Pendahuluan
Ruang Sahabat Anak (Child Friendly Spaces (CFSs)) banyak digunakan dalam keadaan darurat sebagai respon pertama untuk kebutuhan anak-anak dan poin masuk untuk membantu masyarakat yang terkena dampak. Karena CFSs dapat dibentuk dengan cepat dan merespon hak-hak anak untuk perlindungan, psikososial kesejahteraan, dan pendidikan non-formal, CFSs biasanya digunakan sebagai pendukung sementara yang berkontribusi terhadap perawatan dan perlindungan anak dalam kondisi darurat. CFSs juga digunakan sebagai struktur transisi yang berfungsi sebagai jembatan untuk pemulihan awal dan pendukung jangka panjang bagi anak-anak yang rentan. Meskipun berbagai lembaga menyebut CFSs dalam berbagai persepsi - ruang aman, ruang pusat anak, pusat perlindungan anak atau ruang darurat untuk anak-anak – intervensinya adalah semua bagian dari keluarga umum untuk mendukung anak-anak dan muda/mudi. Untuk tujuan kenyamanan, makalah ini mengacu intervensi ini terkait sebagai Ruang Sahabat Anak.
Secara umum, tujuan dari CFSs adalah untuk mendukung ketahanan dan kesejahteraan anak dan muda/mudi melalui komunitas terorganisir, kegiatan terstruktur yang dilakukan pada lingkungan yang aman, bersahabat dan mendukung. Peserta utama dari CFSs adalah anak-anak (di bawah usia 18 tahun), meskipun dalam beberapa konteks, CFSs juga dapat melibatkan generasi muda di atas 18 tahun. Tujuan khususnya adalah untuk: (1) memobilisasi masyarakat untuk memberi perlindungan dan kesejahteraan anak, termasuk anak-anak sangat rentan; (2) memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk bermain, mendapat keterampilan relevan kontekstual, dan menerima dukungan sosial, dan (3 ) menawarkan dukungan lintas sektoral untuk semua anak dalam mewujudkan hak-hak mereka. Sesuai konteks, CFSs juga digunakan untuk berbagai tujuan lain seperti meletakkan dasar untuk memulai dari awal pendidikan formal dan mendukung sistem pendidikan nasional, yang memungkinkan tugas yang lebih luas pada isu-isu seperti perlindungan anak dan perkembangan anak dini, merangsang upaya kesiapsiagaan bencana dan pengurangan risiko bencana. Beberapa kegiatan ini melampaui konteks darurat ke periode pemulihan awal atau bahkan ke pembangunan jangka panjang.
Tujuan prinsip-prinsip ini adalah memberikan panduan praktis kepada tim lapangan yang membentuk CFSs dalam berbagai jenis keadaan darurat dan kontekstual. Mereka juga dimaksudkan untuk membimbing upaya-upaya advokasi dan praktik donor dalam situasi darurat di mana perlindungan dan kesejahteraan harus menjadi prioritas utama.
Proses membentuk konsensus di antara pemangku kepentingan yang berbeda sama pentingnya dengan produk (Pedoman diri). Pengembangan Pedoman ini telah membantu membangun konsensus di tiga komunitas yang berbeda dari praktek: IASC Referensi Kelompok Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial Kondisi Darurat, Kelompok Kerja Perlindungan Anak global, dan Gugus Pendidikan global. Karena CFSs bermakna perlindungan, pendidikan, dan kebutuhan psikososial anak-anak, penting bahwa ketiga sektor memiliki pendekatan umum dan berkolaborasi pada CFSs dalam situasi darurat.
Dalam menggunakan Pedoman ini, penting untuk mengambil pendekatan yang kontekstual dan sesuai budaya lokal. Pedoman ini menetapkan sebuah kerangka kerja aksi bukan resep langkah identik untuk diterapkan dalam setiap konteks. Sebagai contoh, konflik bersenjata dan bencana alam merupakan tantangan yang berbeda, sehingga penting untuk mengadaptasi CFSs untuk setiap jenis darurat. Demikian pula, keadaan darurat berbeda secara signifikan dalam hal bagaimana dampaknya terhadap anak dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk dukungan. Selain itu, Pedoman menunjukkan bahwa kualitas CFSs tidak ditetapkan dalam semalam tetapi berevolusi selama keadaan darurat melalui penilaian ulang lanjutan dan penyesuaian yang memperkaya dan memperkuat dukungan untuk anak-anak. Karena perkembangan CFSs adalah proses yang berkelanjutan dan berkembang, Pedoman ini harus digunakan secara berkelanjutan untuk mencapai potensi maksimal.
Panduan ini juga harus disesuaikan dengan kepekaan terhadap perkembangan anak dan kebutuhan yang berbeda dari anak perempuan dan anak laki-laki. Sebagai contoh, kegiatan tertentu atau cara di mana kegiatan dilaksanakan mungkin sangat berbeda untuk seorang gadis 16 tahun dari anak berusia delapan tahun. Implementasi memerlukan adaptasi kegiatan CFS dan mode pelaksanaan untuk anak-anak dan muda/mudi yang memiliki kompetensi dan kebutuhan yang berbeda. Untuk semua kelompok usia, perhatian harus diberikan untuk memenuhi kebutuhan khas perempuan dan memungkinkan partisipasi penuh mereka.
Terminologi Pedoman membutuhkan ulasan. Saat ini, tidak ada sistem manajemen universal yang diterima untuk CFSs, atau nama untuk berbagai peran dan posisi yang terlibat dalam mendirikan dan menjalankan CFSs. Struktur umum adalah memiliki seorang supervisor (staf internasional atau nasional) - dengan keahlian di bidang perlindungan anak, pendidikan darurat, dan/atau dukungan psikososial - yang membawahi beberapa "pengelola kawasan" yang mengawasi beberapa CFSs dan staf nasional yang melatih dan mendukung orang-orang yang melaksanakan CFSs tertentu. Biasanya, setiap CFS memiliki seorang pengawas yang mengawasi operasi CFS dan orang-orang yang bekerja di dalamnya, termasuk orang-orang (staf atau komunitas sukarelawan) yang bekerja secara khusus dengan anak-anak. Dalam dokumen ini, istilah 'pekerja CFS' merujuk secara luas terhadap semua orang yang aktif mengorganisir kegiatan untuk anak-anak di CFSs atau mengunjunginya secara teratur untuk mendukung pihak yang bekerja di sana. 'Animator' merujuk secara khusus orang (staf atau sukarelawan) yang melakukan kegiatan dengan anak-anak secara teratur, sedangkan istilah 'kegiatan spesialis' merujuk pada orang-orang yang datang sesekali untuk melakukan aktivitas tertentu seperti tarian tradisional.
Untuk memiliki efek positif dan menghindari menyebabkan kerusakan, CFSs harus mematuhi Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak, Pedoman IASC Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial Kondisi Darurat dan INEE Standar Minimum Pendidikan: Kesiapan, Respon, Recovery, dan mereka harus mengikuti prinsip-prinsip dan tindakan yang diuraikan yang merupakan produk dari dialog antar-instansi yang luas dan belajar dari beberapa kondisi darurat yang berbeda.
PRINSIP DAN TINDAKAN
Berikut lima prinsip penting dan harus dibangun kedalam semua aksi:
1.Koordinasi antar-lembaga dan pendekatan multi-sektoral
2. CFSs sebagai sarana memobilisasi masyarakat
3. Membuat CFSs inklusif dan non-diskriminatif
4. Memastikan CFSs aman dan nyaman
5. Membuat CFSs mendukung, partisipatif, dan lingkungan yang menyokong
Tindakan mencakup:
a. Melakukan penilaian
b. Mengatur dukungan dan jasa terintegrasi
c. Memberikan pelatihan yang sedang berlangsung dan tindak lanjut dukungan untuk animator dan staf
d. Memantau dan mengevaluasi program CFS
e. Tahap keluar atau transisi secara kontekstual yang sesuai
PRINSIP
1. Koordinasi antar-lembaga, dan pendekatan multi-sektoral
Koordinasi antar-lembaga, dan pendekatan multi-sektoral untuk CFSs diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan mencapai konsistensi program, kualitas, dan keberlanjutan. Koordinasi efektif penting untuk menghindari duplikasi, kesenjangan, dan penggunaan efektif sumber daya yang langka. Koordinasi antara perlindungan, pendidikan, kesehatan mental dan sektor psikososial, dan sektor lainnya (seperti koordinasi kemah) harus dipastikan pada tahap pertama dari kondisi darurat untuk menghindari duplikasi penilaian dan kegiatan. Sebuah pendekatan yang terkoordinasi didasarkan pada semangat kerjasama dan praktisi terjadi bila:
1).Membangun dan berpartisipasi dalam mekanisme koordinasi untuk kolaborasi antar di CFSs.
Mekanisme Koordinasi harus memetakan lokasi CFS untuk identifikasi dan mengatasi kesenjangan dan tumpang tindih dalam cakupan, mengembangkan pendekatan antar umum dan standar untuk CFSs, mengkoordinasikan pelatihan dan pengembangan kapasitas, dan berbagi dan berkolaborasi pada alat CFS.
2).Berbagi laporan penilaian dan intervensi dengan instansi lain, termasuk Departemen Pemerintah seperti Departemen Pendidikan dan Departemen Sosial.
3).Menggunakan dan berbagi peralatan badan-badan lain yang konsisten dengan prinsip-prinsip antar-lembaga.
4).Berkoordinasi dengan upaya perlindungan anak yang lebih luas dan mengintegrasikan perlindungan anak kerja yang relevan dalam CFSs seperti pencegahan pemisahan dan kekerasan berbasis jender, informasi tentang dukungan yang tersedia perlindungan anak, dan bekerja pada komite perlindungan anak.
5).Link dengan sektor pendidikan (termasuk kementerian pendidikan dan pemerintah daerah), memastikan bahwa CFSs mendukung dan melengkapi pendidikan formal dan juga tempat pendidikan non-formal seperti Ruang Belajar Sementara. Apabila diperlukan, mengintegrasikan pendidikan non-formal.
6).Link dan berkolaborasi dengan sektor lain, struktur koordinasi dan departemen pemerintah seperti kesehatan, gizi, pengelolaan kamp, air dan sanitasi dan generasi muda. Memadukan lintas-sektoral seperti isu HIV/AIDS dan gender.
7).Di tingkat lokal, koordinasi CFSs dengan struktur koordinasi lokal seperti komite pemerintah manajemen bencana, struktur manajemen kamp lokal atau komite masyarakat (misalnya jirgas, komite desa, dan kelompok masyarakat perkotaan).
8).Bekerja sama dengan struktur pemerintah yang ada, mengembangkan sistem untuk rujukan anak-anak dan keluarga yang membutuhkan dukungan tambahan seperti anak yang terpisah, anak-anak dengan kesehatan tertentu atau masalah gizi, atau keluarga yang membutuhkan polisi, pelayanan hukum atau sosial. Terlindungi secara rahasia dalam membuat arahan.
2. Menggunakan CFSs sebagai sarana memobilisasi masyarakat
Keadaan darurat biasanya mengganggu rutinitas masyarakat, layanan, dan dukungan untuk anak, dan sering mengurangi kemampuan keluarga untuk mengasuh dan melindungi anak-anak. Pengorganisasian CFSs dapat menjadi langkah awal yang penting dalam memungkinkan masyarakat untuk melindungi dan mendukung anak-anaknya. Sejauh mungkin, CFSs harus dilaksanakan melalui jaringan internal komunitas, masyarakat, dan sumber daya. Pendekatan top-down oleh badan-badan luar harus dihindari. Orang tua, kakek-nenek, pemimpin agama, kelompok perempuan, kelompok pemuda, dan lain-lain dapat didorong untuk terlibat.
Penting bagi masyarakat untuk mengambil tanggung jawab untuk kondisi anak-anak pada awal kondisi. Idealnya, masyarakat akan memimpin pengembangan CFSs dan pengalaman rasa kepemilikan dari mereka, dengan lembaga-lembaga eksternal memainkan peran fasilitatif. Hal ini mungkin tidak layak pada awal kondisi darurat, terutama jika sumber daya masyarakat telah terganggu atau terkikis, atau jika mitra eksternal memiliki kapasitas terbatas untuk memfasilitasi kepemilikan masyarakat. Namun membangun kepemilikan masyarakat dengan pendekatan bertahap di mana masyarakat menganggap tanggung jawab untuk CFSs meningkat dari waktu ke waktu. Misalnya, CFSs dimulai melalui konsultasi dengan masyarakat yang terkena bencana dalam situasi yang tidak memungkinkan partisipasi masyarakat. Seiring waktu, tanggung jawab untuk CFSs diserahkan ke masyarakat. Membangun keterampilan lembaga eksternal dalam mempromosikan kepemilikan masyarakat mungkin merupakan bagian penting dari proses ini. Sebagai tanggung jawab diserahkan kepada masyarakat, penting untuk mendefinisikan dengan jelas peran, tanggung jawab, dan kontribusi masyarakat dan badan-badan eksternal.
(*)Melibatkan pejabat pemerintah setempat, tokoh masyarakat pria dan wanita, anggota masyarakat, dan sub-kelompok yang berbeda pada ide di balik CFSs. Memastikan partisipasi anak perempuan dan anak laki-laki dan orang-orang terpinggirkan yang jarang memiliki suara dan yang mungkin menawarkan pandangan yang berbeda dari para pemimpin resmi. Menanyakan apakah CFSs sesuai atau apakah masyarakat lebih memilih opsi lain untuk mendukung anak-anak. Jika CFSs dianggap sesuai, maka kegiatannya dapatdiaplikasikan.
(*)Memperolah komitmen pemimpin masyarakat dan pemerintah daerah, dan permasalahan bagaimana masyarakat akan membantu CFSs. Membahas apakah masyarakat akan menjaga situs yang diusulkan tetap aman begitu juga dengan property CFS (misalnya: tenda, bahan rekreasi, item instruksional). Menyarankan masyarakat mengidentifikasi titik fokus yang akan membuat CFSs bekerja.
(*)Identifikasi sumber daya seperti jaringan masyarakat dan tokoh yang sanggup aktif dalam kegiatan. Desain lokasi dan kegiatan juga harus dijelaskan lewat konsultasi dengan masyarakat luas dan anak-anak.
(*)Jika memungkinkan, memilih animator dan staf CFS dari kelompok yang terkena dampak, mengidentifikasi pihak yang akan didatangi oleh anak ketika mereka membutuhkan bantuan dan dukungan.
(*)Mengaktifkan partisipasi anak , baik itu perempuan maupun lelaki untuk mempromosikan inklusi dan ekuitas. Misalnya, melibatkan gadis dan lelaki remaja sebagai pemimpin dan pengambil keputusan dalam merancang dan menerapkan CFSs.
(*)Melibatkan orang tua dan pengasuh (termasuk ayah dan pemuda) dengan melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan untuk anak-anak dan melakukan kegiatan untuk membantu mereka. Kegiatan ini dapat mencakup kelompok-kelompok diskusi, pelatihan merawat anak-anak, dan lokakarya untuk membuat mainan.
(*)Membuat CFS pusat pertukaran informasi masyarakat di mana orang dapat belajar tentang intervensi kemanusiaan dan dukungan dan sumber daya di mana para pekerja kemanusiaan dapat belajar tentang masyarakat.
(*)Menggerakkan anak-anak untuk melakukan kegiatan seperti pendidikan sepadan, meningkatkan kesadaran hak-hak anak, persoalan perlindungan anak, pencegahan HIV dan AIDS melalui seni dan media, dan pendampingan anak oleh anak-anak yang lebih tua. Secara paralel, melakukan kegiatan serupa pada hak anak dan isu-isu perlindungan anak dengan orang tua untuk menghindari menciptakan kesenjangan dan ketidakseimbangan antara cara pandang orantua dan anak.
(*)Mempertimbangkan mobilisasi masyarakat dalam penganggaran CFSs. Prioritas harus diberikan untuk memiliki pekerja CFS dari komunitas dan uang harus dimasukkan dalam anggaran untuk mendukung inisiatif masyarakat/tindakan (misalnya: suplai, insentif, hibah kecil dll).
Membuat hubungan CFSs mobilisasi masyarakat dan aktivitas. Beberapa kegiatan dapat dilakukan dalam karakteristik CFS (misalnya tenda), dengan aktivitas 'satelit' lain yang sedang dilakukan di masyarakat. Sejak awal, mendorong keluarga untuk menyediakan sumber daya untuk CFSs (misalnya, tanah, makanan, atau peralatan lainnya).
3. Membuat CFSs inklusif dan non-diskriminatif
CFSs memberikan kesempatan untuk mendukung semua anak dan mempromosikan keadilan dan inklusi. Dalam banyak konteks, bagaimanapun juga, anak-anak rentan cenderung tidak berpartisipastertentu i jika tidak ada upaya mendukung mereka untuk berpartisipasi. Jika CFSs melakukan diskriminasi terhadap orang-orang tertentu atau yang dianggap diluar sub-kelompok tertentu, CFSs akan meningkatkan ketegangan pada saat ketika kohesi sosial dan persatuan diperlukan. Hal ini penting untuk mengambil langkah-langkah untuk menjangkau dan melibatkan anak-anak yang rentan tanpa memberikan stigma pada mereka, dan untuk memenuhi kebutuhan tertentu anak perempuan dan anak laki-laki dari kelompok usia, etnis, dan situasi hidup yang berbeda.
(*)Mengatur kegiatan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak perempuan dan anak laki-laki dari berbagai usia.
(*)Mencakup dan memasukkan anak-anak cacat, keompok anak pekerja, anak-anak keluar sekolah, anak-anak yang dipisahkan dari keluarga, anak-anak yang terinfeksi atau terkena dampak HIV dan AIDS, anak-anak minoritas, dan anak-anak rentan lainnya. Kegiatan harus mengaktifkan partisipasi anak-anak yang rentan serta anak-anak relatif kuat dari semua kelompok.
(*)Pada saat yang tepat, situs CFS dalam atau dekat tempat dimana terdapat sejumlah besar anak-anak rentan. Untuk menghindari stigma anak-anak yang rentan, termasuk yang lain, anak-anak kurang rentan.
(*)Pelatihan animator CFS atau staf untuk dekat dengan anak, pendekatan partisipatif dan bagaimana mendukung dan melibatkan anak-anak sangat rentan.
(*)Menggunakan proses yang transparan untuk pemilihan anak untuk CFSs. Idealnya, CFSs terbuka untuk semua anak. Namun, jika keterbatasan ruang dan sumber daya tidak memungkinkan untuk mencakup semua anak, proses berguna untuk mengembangkan proses seleksi berdasarkan kriteria yang jelas. Ini harus dijelaskan kepada anggota masyarakat untuk menghindari persepsi CFSs sebagai klub eksklusif (misalnya anak-anak yang tinggal dalam sebuah lingkungan tertentu atau anak-anak 5-12 tahun). Mendorong anak berpartisipasi untuk berbagi apa yang telah mereka pelajari dengan mereka yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan. Upaya-upaya harus dilakukan untuk memasukkan anak-anak yang terpengaruh langsung (misalnya mereka yang menderita serangan atau hidup dalam kondisi sulit) dengan anak-anak yang terkena dampak kurang untuk menghindari stigmatisasi dan meningkatkan integrasi sosial dan dukungan sebaya.
(*)Mempertimbangkan mengorganisir aktivitas-aktivitas selama jangka waktu terpisah untuk anak-anak kecil (0-3 dan 4-7 tahun) dan pengasuh mereka, anak-anak usia sekolah (8-12 tahun), dan remaja (13-18 tahun). Mengatur kegiatan sesuai dengan tahapan perkembangan sub kelompok masing-masing. Jika terdapat sejumlah besar anak, pertimbangkan sesi yang lebih pendek untuk lebih banyak anak, rotasi anak (misalnya, beberapa anak terlibat dalam kegiatan pusat sementara yang lain melakukan aktivitas di komunitas), dan memobilisasi anggota masyarakat untuk melakukan kegiatan di lokasi satelit.
(*)Pastikan bahwa preferensi agama anak-anak dihormati, misalnya, memungkinkan anak perempuan dan anak laki-laki berpakaian dengan cara yang sesuai dengan orientasi keagamaan mereka. Jika anak-anak yang berpartisipasi berasal dari kelompok agama atau etnis ganda, pastikan bahwa setiap sub-kelompok memiliki doa sendiri dan aktivitas dan pekerja CFS menunjukkan rasa hormat terhadap semua orientasi atau kelompok etnis.
(*)Berkolaborasi dengan staf atau organisasi yang mengkhususkan bekerja dengan kelompok-kelompok tradisional yang dieksklusi, misalnya, gadis remaja, penyandang cacat, dll Perawatan harus diambil untuk memastikan bahwa aspek fisik CFS (misalnya, aksesibilitas untuk penyandang cacat) memungkinkan partisipasi dari orang dieksklusi.
4. Memastikan CFSs aman dan terjamin
CFSs adalah bagian dari strategi yang lebih luas untuk menciptakan lingkungan protektif bagi anak-anak. Kekhawatiran tentang keselamatan dan jaminan keamanan yang menonjol dalam proses penilaian juga menjadi prioritas dalam pengembangan dan pelaksanaan pembinaan CFSs. Langkah-langkah kunci untuk menjamin keselamatan dan keamanan secara internal dan eksternal adalah untuk:
(*)Mengadopsi Kode Etik atau Kebijakan Keamanan Anak (sebagaimana dimuat dalam Sphere) dan melatih semua pekerja CFS.
(*)Memastikan bahwa air bersih dan toilet perempuan dan laki-laki terpisah di lokasi CFS dan bahwa anak-anak belajar pentingnya kebersihan.
(*)Menghapus ruang fisik CFS dari bahaya seperti pecahan kaca, kabel listrik terserak, ranjau darat dan UXO, dll.
(*)Menjaga CFS bebas dari kekerasan, pelecehan, eksploitasi, dan penelantaran, menjamin bahwa staf CFS dan relawan tidak menggunakan hukuman fisik, menyadari kegunaan teknik 'disiplin positif', dan bekerja untuk mengurangi kekerasan antara anak. Melibatkan anak-anak dalam merencanakan cara untuk mengurangi dan menangani kekerasan, dan bagaimana dan kapan tindakan disiplin harus digunakan.
(*)Promosikan perilaku positif di kalangan remaja perempuan dan laki-laki seputar masalah gender dan seksual dan kesehatan reproduksi, menggunakan metode seperti drama dan permainan peran.
(*)Memajukan perlindungan anak melalui peningkatan kesadaran di kalangan anak-anak, keluarga, dan masyarakat tentang bagaimana melindungi anak-anak.
(*)Membangun dan jadwal paska rutin, yang dapat meningkatkan rasa prediktabilitas.
(*)Mempertimbangkan untuk membuat area khusus bayi, memperhatikan kebutuhan khusus bayi.
(*)Melatih staf perempuan dan laki-laki dan animator bagaimana mengidentifikasi, berbicara, dan merujuk kasus dugaan kekerasan, penyiksaan, atau eksploitasi antar anak yang berpartisipasi dalam CFS.
(*)Melatih pekerja CFS tentang cara mengidentifikasi, berbicara dan merujuk kasus-kasus berhubungan dengan gangguan mental serius, indikasi cacat, atau epilepsi.
(*)Melatih pekerja CFS tentang cara mengidentifikasi, berbicara, dan merujuk kasus-kasus yang dicurigai
gangguan mental serius, khususnya di kalangan remaja dan termasuk obat-obatan atau penyalahgunaan alkohol.
(*)Membangun keterampilan hidup untuk anak dan remaja, sehingga memungkinkan mereka untuk lebih efektif melindungi diri mereka sendiri dan satu sama lain.
5. Membuat CFSs lingkungan yang stimulatif, partisipatif, dan suportif
Untuk mengembangkan cara hidup sehat, anak-anak membutuhkan stimulasi dan bermain secara teratur. Khususnya di lingkungan yang menegangkan, banyak anak membutuhkan dukungan psikososial diperoleh melalui partisipasi dalam lingkungan yang menarik dan mendukung.
(*)Mengatur beragam kegiatan yang sesuai untuk anak perempuan dan laki-laki, termasuk lagu, drama, tari, menggambar, mendongeng/membaca, bermain, olahraga, dan keterampilan dasar baca tulis dan berhitung. Memastikan mainan dan kegiatan sesuai kebudayaan. Menggunaan kegiatan dan alat yang kurang sesuai dengan budaya akan menghalangi orang tua mengirim anak-anak mereka ke CFS.
(*)Membentuk keseimbangan antara kegiatan kelompok terstruktur dan bermain bebas. Pada waktu tertentu, mengatur berbagai kegiatan di berbagai lokasi dan membiarkan anak-anak untuk memilih kegiatan mereka.
(*)Membuat CFSs ceria, lingkungan menarik yang menampilkan warna-warni, mainan lokal, item bermain yang dibuat oleh anak-anak sendiri, karya seni, dan barang-barang menarik lainnya.
(*)Mendorong orang dewasa untuk memotivasi anak dan terlibat secara positif dengan anak-anak, untuk mendengarkan mereka dan pandangan nilai mereka.
(*)Melatih staf untuk memfasilitasi permainan interaktif dan kegiatan dengan anak-anak yang lebih berfokus pada interaksi antar anak atau interaksi kelompok daripada menggunakan bahan atau mainan.
(*)Perlakukan anak dengan hormat dan mendorong partisipasi setiap individu, termasuk anak cacat atau yang membutuhkan perlakuan khusus lainnya.
(*)Memberikan dukungan psikososial bagi semua anak dengan perlakukan kebaikan, menghormati martabat, memungkinkan integrasi sosial, dan menghindari penghinaan verbal atau hukuman badan.
(*)Menggunakan jenis permainan yang berbeda untuk stimulasi kualitas seperti kreativitas dan membangun keterampilan pemecahan masalah, berpikir kritis, komunikasi, kerjasama, dll.
(*)Merujuk pada anak yang terkena dampak untuk dukungan khusus setiap saat. Untuk mencegah
kerusakan yang tidak diinginkan, hanya profesional terlatih yang menyediakan terapi atau bantuan khusus.
(*)Mengatur sesekali acara komunitas yang memungkinkan anak untuk menunjukkan kemampuan mereka kepada orang tua dan masyarakat dan memberi dukungan bagi anak-anak.
TINDAKAN
A. Melakukan penilaian
Instansi yang mempertimbangkan membentuk CFSs harus melakukan penilaian awal untuk menentukan apakah CFSs diperlukan, aman, dan kontekstual. CFSs mungkin tidak diperlukan jika anak memiliki akses lain untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk pendidikan, perlindungan, dan dukungan psikososial. Dalam beberapa pengaturan, CFSs mungkin tidak sesuai karena mereka kemungkinan akan menjadi tempat dimana anak-anak diserang atau direkrut oleh kelompok-kelompok bersenjata, atau dimana anak perempuan cenderung dilecehkan secara seksual atau diserang dalam perjalanan ke CFS. Jika CFSs diperlukan, maka penilaian juga harus membantu untuk mengidentifikasi bagaimana CFSs dapat dibangun secara efektif. Penilaian ini harus memperhatikan masalah perhitungan yang lebih luas yang menginformasikan strategi dan program dalam cakupan luas.
Bila memungkinkan, pertanyaan yang berkaitan dengan CFSs harus ditangani melalui koordinasi, antar-lembaga penilaian di dalam atau di gugus dan sektor. Penilaian harus mendorong partisipasi masyarakat dan secara aktif melibatkan anak-anak dan generasi muda, orang tua, kelompok perempuan, kelompok pemuda, pemimpin agama dan masyarakat, Penilaian harus memisahkan data menurut jenis kelamin, usia, dan dimensi yang relevan untuk memastikan inklusivitas. Mereka juga harus membahas isu-isu seperti:
Keselamatan dan Kesesuaian CFS
(*)Apa ancaman utama perlindungan (fisik dan psikososial) untuk anak dan remaja? Bagaimana mereka berbeda-beda untuk beragam kelompok, misalnya, menurut jenis kelamin, agama, etnis, orientasi seksual, cacat, dll?
(*)Apakah CFS membantu untuk mencegah atau mengurangi ancaman ini, atau apakah dapat meningkatkan ancaman-ancaman (misalnya resiko bagi anak-anak dalam mengakses CFS?)?
(*)Apakah ada praktek pelindungan lain sebelum krisis yang sudah tidak dilakukan sekarang dan apakah dapat dimulai dari awal lagi?
(*)Bagaimana anak-anak menghabiskan waktu mereka? Apakah kegiatan bervariasi untuk anak perempuan dan anak laki-laki atau sesuai dengan kategori sosial lainnya?
(*)Apakah CFS memperkuat dukungan yang ada untuk anak-anak, atau akan ada duplikasi kegiatan dan dukungan?
(*)Seberapa layak dan aman CFSs berada di konteks saat ini untuk anak perempuan maupun anak laki-laki?
(*)Bagaimana penerimaan keluarga dan masyarakat dari jenis intervensi ini?
(*)Apakah jenis permainan anak perempuan dan laki-laki yang biasa dilakukan melibatkan budaya dan dapatkan dilibatkan dalam CFS?
Keterlibatan masyarakat dan inclusivitas
(*)Bagaimana masyarakat melihat pembentukan CFR? Apakah masyarakat mungkin mengembangkan
semangat kepemilikan dalam mengembangkan CFS?
(*)Apakah masyarakat atau kamp mampu mengatur dirinya untuk membantu anak-anak?
(*)Siapa tokoh kunci dalam masyarakat atau kamp yang mendukung anak-anak atau anak yang pergi ketika mereka membutuhkan bantuan atau saran?
(*)Siapa orang-orang kunci dalam masyarakat atau perkemahan untuk melibatkan ketika menyiapkan CFS?
(*)Manakah anak-anak yang rentan dan mungkin memerlukan dukungan tambahan untuk berpartisipasi dalam kegiatan CFS? Perhatikan bahwa mungkin ada kategori sosial lokal anak-anak rentan yang tidak jelas bagi orang luar.
(*)Apakah ada anak-anak dieksklusi yang harus berpartisipasi dalam kegiatan CFS yang terlalaikan?
(*)Apa langkah yang tepat telah diambil untuk membuat pengaduan dan mekanisme umpan balik melalui komite perlindungan anak, keluhan kotak, dll untuk memastikan akuntabilitas ke bawah untuk penerimaan manfaat?
Pemilihan Lokasi
Penting untuk menanyakan anak-anak, generasi muda maupun orang dewasa mengenai:
(*)Dimana pusat anak-anak yang rentan dan apakah mungkin menjadi situs CFS?
(*)Apakah situs ini terbebas dari bahaya?
(*)Apakah ada fasilitas kesehatan terdekat?
(*)Apakah tempat itu memiliki air bersih dan toilet yang dapat diakses anak dan kedua jenis kelamin?
(*)Apakah situs dapat diakses anak perempuan, anak-anak cacat, dan anak-anak rentan lainnya?
(*)Bagaimana perubahan musim dan tahun kalender pada situs? Apakah ada pemilik tertentu atau
pengguna pada waktu tertentu dari tahun ke tahun?
(*)Siapa yang memiliki tanah atau properti dimana CFS dipusatkan?
(*)Apakah CFS memperbolehkan akses dari orang dewasa luar?
Pada seting konflik atau pasca-konflik, bahaya dapat timbul dari letak CFSs yang dekat dengan kamp militer atau tempat di mana pertempuran akan meletus. Pada keadaan tersebut, hal ini berguna untuk mengajukan pertanyaan tambahan seperti:
(*)Apa risiko utama anak-anak akibat konflik atau pertempuran?
(*)Bagaimana pembatasan resiko tersebut terhadap anak-anak yang berpartisipasi dalam CFSs?
(*)Apakah ada serangan baru pada sekolah atau tempat umum?
(*)Apakah anak-anak aman menuju dan pulang dari CFSs? Bagaimana meningkatkan keselamatan mereka?
Demikian pula, di daerah yang terkena bencana alam atau mungkin akan terpengaruh, akan sangat membantu untuk menanyakan pertanyaan yang sesuai dengan jenis bencana seperti:
(*)Dimana lokasi yang aman bagi CFS yang tidak akan terkena banjir lanjutan?
(*)Apakah struktur CFSs aman (misalnya, dalam kasus gempa bumi), atau seharusnya CFSs berada di ruang terbuka?
(*)Jika kebutuhan meningkat, dapatkah anak-anak dievakuasi dari situs yang diusulkan CFS?
Jawaban atas pertanyaan di atas harus dipertimbangkan dengan hati-hati dalam suatu analisa situasi yang lebih luas dalam membuat keputusan tentang apakah atau bagaimana untuk mendirikan CFSs. Jika CFSs tidak aman atau tidak sesuai, mungkin ada keluarga atau intervensi berbasis masyarakat lain untuk mendukung anak-anak yang rentan.
B. Mengatur dukungan dan jasa yang terintegrasi
CFS lebih dari sekedar situs untuk kegiatan rekreasi-mbolereka sarana penunjang anak-anak dan perkembangan menyeluruh anak-anak muda, termasuk pengembangan fisik, kognitif, emosi, sosial, dan spiritual. Untuk menghindari overload, seringkali berguna untuk CFSs untuk fokus awalnya pada bermain relatif sederhana dan kegiatan rekreasi yang terkait dengan dukungan keluarga dan masyarakat. Selanjutnya, CFSs dapat melaksanakan kegiatan yang lebih canggih seperti membangun mekanisme rujukan atau mengorganisir kegiatan-kegiatan bagi kelompok-kelompok individu atau kecil anak-anak yang telah berpartisipasi dalam kegiatan kelompok CFS dan yang membutuhkan dukungan tambahan. Kegiatan ini maju sering ditujukan untuk mendukung anak-anak yang rentan seperti anak yatim, anak-anak terpisah dari keluarga mereka, anak-anak yang telah atau yang terkena dampak HIV dan AIDS, anak-anak yang membutuhkan perawatan kesehatan atau tempat penampungan yang memadai atau anak-anak yang menjadi korban pelecehan.
Kegiatan dasar mencakup:
(*)Bermain dan kegiatan rekreasi untuk anak-anak, seperti olahraga, seni dan budaya diberikan dalam
cara terstruktur untuk memulihkan rasa kepastian dan kontinuitas.
(*)Kegiatan perlindungan anak seperti meningkatkan kesadaran tentang pencegahan kekerasan dan perpisahan; bagaimana mengenali dan menghindari ranjau dan UXO; mekanisme rujukan untuk identifikasi dan respon terhadap isu-isu perlindungan anak; kode etik bagi staf dan relawan untuk pencegahan kekerasan, penyiksaan, dan eksploitasi; keterampilan orangtua dan penanganan konstruktif keragaman dan konflik.
(*)Peningkatan kesadaran dan pendidikan untuk anak-anak dan generasi muda tentang isu-isu penting termasuk kesehatan, HIV dan AIDS, gizi, kebersihan promosi, pengelolaan limbah, kesiapsiagaan bencana, dll.
(*)Informasi tentang pelayanan dan hak-hak untuk anak-anak dan keluarga mereka mengenai kesehatan, pendidikan, distribusi makanan, air, dan keperluan lainnya.
(*)Informasi tentang layanan perlindungan anak bagi anak-anak dan keluarga seperti penelusuran keluarga, alternative merawat anak yang terpisah, peradilan anak, dan pelayanan sosial.
(*)Keterlibatan warga sipil dan mobilisasi gemerasi muda laki dalam berbagai kegiatan CFS dan/atau masyarakat (misalnya meminta generasi muda untuk mengembangkan proposal proyek, mengatur perdebatan dll).
(*)Menggunakan ruang untuk kegiatan masyarakat lainnya seperti kelompok ibu atau orang tua dan pertemuan masyarakat lainnya.
(*)Dukungan organisasi masyarakat sipil untuk menggunakan CFS dalam mengatur kegiatan mereka.
Kegiatan lanjutan mencakup:
(*)Kegiatan untuk orang tua, misalnya, kelompok diskusi tentang keterampilan pengasuhan anak dan praktek perawatan untuk pengasuh, pengelolaan kebersihan dan limbah yang efektif, hak anak, partisipasi anak, dll.
(*)Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini seperti kelompok diskusi pengasuh untuk dukungan psikososial, dan aktivitas bermain yang sesuai untuk bayi (dan pengasuh) dan anak-anak di bawah tiga tahun.
(*)Kegiatan sensitif gender khusus untuk remaja perempuan dan remaja laki-laki seperti kelompok-kelompok diskusi, peningkatan kesadaran dalam hal kesehatan reproduksi dan HIV dan AIDS, diskusi kekerasan berbasis gender, keterampilan kegiatan pembangunan, dll.
Pendidikan non-formal untuk anak drop out sekolah dan muda/mudi (menjamin bahwa CFS tidak melepaskan anak-anak dari pendidikan formal), termasuk baca tulis dasar dan berhitung.
(*)Terlibat dalam aktivitas dan diskusi seputar pembangunan perdamaian dan pendidikan lingkungan di kedua pengaturan konflik bencana alam.
(*)Membangun sistem rujukan untuk mengetahui, merujuk dan menindaklanjuti pada anak-anak dan keluarga yang membutuhkan akses ke pelayanan lainnya seperti kesehatan, HIV dan AIDS, psikososial, dll.
C. Menyediakan pelatihan yang berkelanjutan dan tindak lanjut dukungan untuk para animator dan staf
Pekerja CFS efektif memiliki motivasi tinggi dan keterampilan dan kompetensi yang sesuai. Semua pihak yang bekerja di CFR harus menerima pelatihan awal, yang merupakan bagian dari proses yang berkelanjutan dari pengembangan kapasitas. Seiring waktu, pekerja CFS mengembangkan keterampilan dan kompetensi baru, berada dalam posisi yang lebih baik untuk memperkaya pekerjaan yang dilakukan internal maupun melewati CFS.
Untuk mengaktifkan progresi ini:
(*)Staf dan relawan harus dipilih secara selektif dan dilatih tentang bagaimana menangani anak-anak, termasuk bagaimana berkomunikasi dan melindungi anak, dan bagaimana mengatur kegiatan kelompok dengan anak-anak.
(*)Membentuk sistem “spesialis aktivitas” yang datang dan pergi untuk aktivitas mereka dan lebih umum “supervisor CFS” yang tinggal sepanjang hari dan mengetahui anak-anak di pusat. Memastikan bahwa spesialis aktivitas menerima pelatihan dan berkomitmen untuk keberhasilan CFS.
(*)Pekerja CFS berpengalaman mengadakan visit follow-up mingguan untuk mengamati situasi dan
kegiatan, animator yang membantu dan anggota masyarakat merefleksikan apa yang berjalan dan tidak, dan memberi saran tentang cara untuk mendukung kegiatan dan menangani tantangan.
(*)Menyadari bahwa pekerja CFS mungkin telah dipengaruhi oleh keadaan darurat dan akan menguntungkan diskusi kelompok.
(*)Mengatur suatu perkembangan lokakarya pelatihan yang mempersiapkan animator dan staf untuk memfasilitasi kegiatan bermain dan rekreasi dan kegiatan seni pertunjukan seperti lagu, tari, teater, dan menggambar; membangun melek huruf, berhitung, dan keterampilan hidup untuk anak-anak; memperkaya pemahaman animator atau staf tentang perkembangan anak, dan topik-topik seperti muncul ancaman perlindungan dan bagaimana mengatasinya, bagaimana anak-anak dan remaja dipengaruhi oleh konflik/darurat, dan sarana yang tepat memberikan dukungan psikososial.
(*)Mengatur pekerja CFS yang berpengalaman untuk menjadi mentor bagi yang kurang berpengalaman.
(*)Jika upah atau pembayaran disediakan bagi para pekerja CFS, mereka tidak boleh melebihi gaji guru dan harus didasarkan pada perjanjian antar agen tentang tingkat upah minimum dan maksimum.
(*)Menetapkan seorang manajer CFS yang memberikan supervisi dan dikenal pekerja CFS pekerja dan menjadi penasihat ketika muncul situasi sulit.
(*)Membangun sumber daya seperti buku-buku dan pelatihan manual yang memungkinkan pembelajaran yang sedang berlangsung.
D. Memantau dan mengevaluasi program CFSs
CFSs harus dipantau secara berkesinambungan untuk melacak perkembangan CFS dan untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam tingkat mobilisasi masyarakat, kualitas kegiatan, keamanan, dukungan logistik, dll CFSs harus dievaluasi secara periodik oleh orang-orang yang berpengalaman dalam pemantauan, untuk menentukan apakah kegiatan tersebut menghasilkan perbaikan yang berarti dalam kehidupan anak-anak. Langkah-langkah utama adalah untuk:
(*)Mengembangkan awal proyek pemantauan dan rencana evaluasi.
(*)Melatih pekerja CFS terseleksi dan staf bagaimana untuk memantau kegiatan program secara efektif.
(*)Monitor melalui animator pendaftaran anak-anak, izin orang tua, persetujuan mengenai anak, kehadiran, perilaku selama kegiatan, anak kelompok follow-up yang tidak mengikuti kegiatan, perencanaan kegiatan dan apakah aktivitas melibatkan anak perempuan dan lelaki serta anak-anak sangat rentan.
(*)Monitor kualitas kegiatan melalui staf lembaga, tingkat keterampilan animator, kecukupan pasokan dan logistik, perlindungan ancaman di daerah tersebut, dan pelaksanaan kode etik.
(*)Evaluasi tidak hanya proses (output) indikator seperti jumlah anak yang berpartisipasi
secara teratur tetapi juga indicator outcome seperti perkembangan psikososial anak yang kontekstual relevan, terukur, dan sesuai dengan tahapan perkembangan.
(*)Menggunakan metode partisipatif monitoring dan evaluasi yang melibatkan anak dan remaja dan mengundang pandangan anggota komunitas.
(*)Bila mungkin, mengumpulkan dasar jenis kelamin dan umur terpilah dan ukuran titik akhir dari outcome sehubungan perubahan kehidupan anak, dan memungkinkan perbandingan dengan intervensi lain atau situs dimana tidak ada CFS terimplementasi. Untuk mengelola isu-isu etis yang dapat timbul dalam membuat perbandingan, pertimbangkan strategi seperti perbandingan daftar tunggu (misalnya, membandingkan anak perempuan dan anak laki-laki yang berpartisipasi dalam CFS dengan anak-anak yang tidak tergabung CFS tetapi mulai berpartisipasi dalam CFS).
(*)Bila mungkin, melakukan inter-lembaga, evaluasi kolaboratif, yang dapat meningkatkan koordinasi dan kesimpulan hasil yang berlaku lebih luas.
E. Tahap keluar atau transisi dengan tata cara sesuai kontekstual
Mengembangkan konsultasi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya sehubungan tahap-keluar atau rencana transisi yang berhubungan dengan perencanaan pemulihan yang lebih luas. Gunakan pendekatan bottom-up yang akan mendukung kepemilikan dan transisi dari CFS kepada masyarakat. Pastikan bahwa masyarakat menyadari dari awal bahwa masa tahap-keluar dan/atau serah terima akan berlangsung, dan memberikan informasi secepat mungkin tentang kapan tahap-keluar atau transisi akan terjadi.
Pertimbangkan pilihan seperti menutup CFS ketika sekolah dibuka kembali atau transisi CFS ke dalam sumber daya masyarakat seperti pusat perkembangan anak usia dini, ruang sahabat perempuan, pusat masyarakat, ruang untuk anak-anak/karang taruna, inisiatif melek huruf, atau kegiatan pelatihan kejuruan. Tidak menjadi masalah untuk menyebut CFs dengan nama lain untuk menghindari kebingungan dan menunjukkan bahwa keadaan darurat dapat ditanggapi dengan bergagai cara. Pilihan ini harus diputuskan dengan kerjasama penuh para pemangku kepentingan masyarakat.Mencakup anggaran pertimbangan dalam perencanaan tahap-keluar atau transisi.
(*)Mengaktifkan masyarakat untuk membuat keputusan penting tentang transisi CFS bila memungkinkan.
(*)Melibatkan anak dan remaja dalam menerapkan strategi.
(*)Adaptasi rencana berdasarkan konteks perubahan.
CFS: DO’S AND DON’TS
DO | DON’T |
Koordinasi dengan pemerintah dan lembaga lain mengimplentasi CFS, terutama perlindungan, psikososial, pendidikan, dan kelompok koordinasi lainnya.katan terinter | Membentuk CFS sebagai lembaga tunggal tanpa koordinasi dengan lembaga lain maupun pemerintah. |
Mengambil pendekatan terintegrasi yang meliputi pendidikan non-formal, perlindungan, dan dukungan psikososial. | Membuat CFS sebagai pendukung rekreasi dan psikososial hanya karena perlindungan dan pendidikan membutuhkan perhatian yang serius. |
Melibatkan masyarakat, orangtua, dan anak-anak dalam semua keputusan kunci berkaitan dengan CFS, mendorong rasa kepemilikan mereka. | Membentuk CFS sebagai pelayanan, memperlakukan masyarakat sebagai penerima manfaat. |
Membangun sumber daya yang ada, seperti kelompok masyarakat, orangtua, lagu daerah, and pendukung alami seperti pemimpin generasi muda dan perempuan yang sering memberi dukungan terhadap anak-anak. Intinya, tim yang dapat digerakkan untuk mengunjungi masyarakat dan menghidupkan kelompok anak beberapa jam dalam sehari. | Menyeleksi dan merekrut animator dan staf CFS dari luar daerah yang terkena dampak atau hanya menggunakan materi dan aktivitas dari luar. |
Membuat CFS dapat diakses dan inklusif untuk anak perempuan dan anak terekslusi seperti anak cacat dan aktivitas menjahit untuk memenuhi kebutuhan dan kapasitas khusus mereka. | Beranggapan CFS terbuka untuk semua anak sehingga dapat diakses dan bersifat inkulsif. |
Memastikan semua staf dan animator memahami dan menjaga kode yang sesuai. | Membuat pekerja CFS menandatangi kode yang tidak mereka pahami atau pedulikan. |
Membuat CFS sesuai secara fisik, budayadan perkembangan, menyediakan ruang yang tepat untuk kelompok kecil untuk beberapa aktivitas yang berbeda secara bersama-sama. | Mendesain CFS terlihat seperti tempat pemujaan atau menampilkan warna yang digunakan partai atau militer. |
Mendengarkan dan mendukung anak yang memiliki kepedulian tertentu, membuat rujukan untuk anak yang membutuhkan kebutuhan special. | Memaksa anak untuk menggambar atau membicarakan tentang pengalaman sulit mereka. |
Memastikan waktu dan kegiatan cocok dengan rutinitas harian anak-anak dan anggota keluarga. | Mendefinisikan kembali jenis dan waktu aktivitas tanpa diskusi dengan anak-anak dan anggota keluarga. |
Mengatur sesi atau aktivitas CFS yang terpisah untuk anak dari berbagai kelompok usia, seperti 0-7 (atau 0-3, 4-7), 8-12, and 13-18 tahun. | Mengatur CFS hanya untuk anak usia 4-10 tahun atau hanya untuk anak lelaki saja. |
Menyediakan peralatan yang sesuai termasuk bahan bermain , P3K, alat kebersihan,dll. Menggunakan bahan local yang tersedia dan ramah lingkungan. | Fokus berlebihan pada mainan buatab pabrik dan melupakan pemeliharaannya. |
Menjaga jumlah anak yang bergabung di CFS dapat dikelola pada jangka waktunya. | Mendorong atau membolekhan sejumlah besar anak tergabung dalam CFS yang tidak didukung manajemen yang ada. |
Menyediakan pelatihan lanjutan, follow-up dan pembangunan kemapuan untuk animator dan staf. | Menawarkan pelatihan tunggal dan menganggap para animator dan staf siap sedia dengan itu. |
Membuat data penilaian yang ada, meliputi pertanyaan CFS dalam penilaian kebutuhan terkoordinir, dan, ketika dibutuhkan, melakukan penilaian awal sebelum membentuk CFS untuk memutuskan apakah CFS diperlukan, aman, dan sesuai konteks. | Menganggap CFA adalah intervensi yang sesuai dalam segala konteks. |
Mengelola support psikososial untuk pekerja CFS local dan nasional yang terkena dampak dari kondisi darurat. | Menganggap semua pekerja lokl maupun nasional dan anak membutuhkan konseling atau terapi. Hanya sejumlah orang yang merupakan kelompok minoritas yang membutuhkan jasa kesehatan mental tertentu. |
Memonitor dan mengevaluasi CFS dan menggunakan informasi untuk belajar dari pengalaman dan meningkatkan kualitas program. | Mengabaikan evaluasi atau melakukan evaluasi hanya untuk menyenangkan pendonor. |
Mengembangkan terlebih dahulu jalan keluar atau strategi transisi terhadap masyarakat
| Melanjutkan CFS atau membiarkan CFS bersaing dengan sekolah formal. |
sumber: Plan Indonesia dan Lestari Indonesia